Monday, April 8, 2013

JADI DIRI SENDIRI ITU, SEBENARNYA GIMANA SICH???


Dalam hidup ada yang seharusnya dilakukan, dan ada yang tidak seharusnya dilakukan. Dalam hidup ada yang harus dikatakan dan ada yang harus disembunyikan. Setiap pribadi kita memiliki sifat, persepsi, cara pikir, dan cara pandang yang berbeda- beda dengan orang lain. Sungguh Maha Besar Allah SWT atas apa yang telah Ia ciptakan. Dalam cara manusia berpikir maupun bertindak ada yang disenangi dan ada yang tidak disenangi oleh manusia lain, hal itu merupakan hal yang wajar yang terjadi dilingkungan keluarga dan masyarakat karena kita memiliki perbedaan perkembangan otak sehingga pendapat dan cara berpikir terjadi berbeda- beda pula.

Dalam merealisasikan tindakan tidak seharusnya kita mengendalikan orang dengan sifat, ataupun mengendalikan orang lain semau kita. Ada suatu sifat yang melekat dengan diri kita yang sering membuat kita disenangi dan dibenci orang lain itu dinamakan dengan sifat pribadi. Banyak kita dengar jadi diri sendiri itu lebih baik dari pada mencontek sifat orang lain dan dibawakan kepada diri kita, itu memang benar adanya, dan saya pun sepaham dengan adanya argumen tersebut. Tapi akankah anda mempertahankan tetap jadi diri sendiri ketika seseorang atau masyarakat tertentu tidak menerima sifat maupun tindakan pribadi anda????? Jadi diri sendiri itu sangat bagus, baik, bahkan itu lah manusia yang seutuhnya jika seorang manusia itu jadi dirinya sendiri. Tapi yang seharusnya dilakukan ketika kita mempertahankan jadi diri sendiri itu adalah sifat yang seharusnya dapat diterima orang lain dan tidak merugikan diri kita sendiri. Tapi apa yang akan anda lakukan ketika sebagian teman- teman, orang tua atau masyarakat tidak menyukai sifat yang ada pada diri anda?? Karena jadi diri sendiri itu adalah cara bersikap dan cara mengeluarkan atau mengaplikasikan apa yang dipikirkannya kedunia ini dengan baik.

Saya akan menjelaskan sedikit contoh dari peristiwa yang terjadi dikehidupan saya tentang persepsi seseorang tentang jadi diri sendiri. Saya dan 3 orang teman saya merupakan mahasiswi yang sedang melakukan praktek lapangan yang merupakan salah satu mata kuliah yang harus saya selesaikan untuk mencapai Strata 1. Kegiatan bulan pertama praktek lapangan, saya rasa semuanya baik- baik saja, baik itu sifat, cara pikir, program kerja yang kami realisasikan disekolah itu diterima dengan benar. Sehingga suatu siang pada suatu hari terjadi hal yang tidak diinginkan dengan seorang teman saya. Dia menjadi buah bibir beberapa orang guru disekolah tempat saya PL, yang mendengar isi dari buah bibir ini adalah teman I saya, yang menjadi bahan pembicaraannya adalah teman II saya. Kemudian teman yang I ini mengatakan ke teman saya yang II ini dengan intonasi dan cara ngomong yang membikin teman yang II kaget dan merasa ditekan. Dan saya menanggapi keluhan teman saya ini dengan biasa saja, karena menurut saya kita di dunia baru, dengan aturan yang baru, dengan kaedah- kaedah kehidupan yang baru ya wajar saja ketika di komentari orang lain. Tapi lain halnya dengan teman saya II, dia tidak bisa terima kalau dia menjadi buah bibir para guru yang ada disekolah itu. Teman saya yang II ini dibilang oleh para guru centil, songong dan anaknya terlalu bergaya model kalau kesekolah. Dan saya merasa teman saya yang II ini memang seperti itu adanya. Akibat dari teman saya yang I mengatakan isi buah bibir itu ke teman saya yang II dengan tidak baik, dan intonasi yang keras maka dia menangis dan curhat keteman saya yang ke III yang saat itu ngak hadir kesekolah. akibatnya masalah ini besar dihari itu.

Teman saya yang I berharap teman saya yang II ini berubah style karena kita berada ditempat yang formal dan diarea anak- anak yang bakalan mengomentari dan memandang kita dari ujung kaki sampai kepala. Itu memang benar adanya, dan harus seperti itu, kita sebagai calon guru adalah seseorang yang akan diguguh atau ditiru, jadi segala aspek yang ada pada diri kita pasti diperhatikan. Akibat teman yang II curhat ke teman yang III, teman yang III tidak menanggapi dengan benar, dia bilang teman saya yang I dianggap menggurui dan dianggap menekan teman saya yang II. Dan saya mulai bingung kenapa jadinya sperti itu. Dan akhirnya, pada hari berikutnya teman saya yang III beradu pendapat masalah sifat teman saya yang II. Teman saya yang III ngomong kalo teman saya yang II itu harus jadi dirinya sendiri bagaimanapun caranya, biarkan saja dia seperti itu, tidak usah diperdulikan penilaian orang lain terhadapa kita, ngak ada yang seharusnya diperbaiki dari sifat dia yang seperti itu. Disinilah, pada saat argument seperti inilah saya mulai tidak setuju dengan teman saya yang III, kita tidak punya hak melawan orang yang tidak suka dengan kita, dan sekali lagi saya tekan kan bahwa jadi diri sendiri itu bukan seperti teman saya yang III bilang, itu adalah argument yang salah. Jadi diri sendiri itu adalah bagaimana kita memperlihatkan, memberi tindakan atas apa yang kita pikirkan dengan baik yang tidak menimbulkan kontra disekeliling kita, sehingga opini, persepsi, dan apresiasi kita terhadap sesuatu hal dapat diterima dengan baik. Pada saat kita dibutuhkan jadi leader diantara teman- teman kita, kita bisa dengan cara kita memutuskan suatu solusi untuk suatu masalah dengan bijak, ketika kita meng-iyakan suatu solusi dengan pertimbangan akal, logika bagaimana baik buruknya dan sebab akibatnya kita harus mempertahankan itu, disinilah terlihat jadi diri sendiri yang sebenarnya, lain halnya kalau seseorang tetap kukuh dengan sifat yang ditolak orang lain, itu bukan mempertahankan jadi dirinya. Tapi mempertahankan keegoisannya. 

Jadi diri sendiri sebenarnya adalah cara kita bertindak, tapi ingat bukan tindakan yang negatif tapi tindakan positif, orang yang mempunyai kepribadian jadi diri sendiri itu bisa di kritik demi perbaikan sifat yang akan dia tunjukan. Ketika seseorang merasa sifat centil itu menjadi dirinya sendiri itu tidak apa- apa, boleh saja bahkan itu suatu hal yang menarik ketika dia dengan lawan jenisnya tapi tidak dilingkungan sekolah. Jadi tempatkanlah suatu sikap pada kondisi dan keadaan yang seharusnya. Kalau disekolah berarti dengan dunia yang banyak aturan dan formal, ketika dipantai, yah menurut saya jadi orang yang asyik dan menyenangkan donk, begitupun dirumah jadi anak yang sederhana dan sebagaimana mestinya, dan ingat ketika kita berusaha menyesuaikan sifat dan tindakan kita terhadap kondisi tertentu jangan pernah merasa dibebani dan jangan pernah bohongi diri, boleh komplen terhadap sifat kita yang tidak disukai oleh orang lain, tapi caranya harus dengan cara yang benar. Pelajarilah bagaimana sifat dan tindakan yang benar dan salah pada suatu kondisi dan keadaan tertentu sehingga anda akan disenangi orang banyak, dan kondisi pun akan mengikuti pola pikir anda. Semoga jadi orang sukses !!!!

 By : Yulvia Sani - Universitas Negri Padang
http://www.dealerindovision.com/2012/04/tips-menjadi-diri-sendiri.html#.UWORCaL8FOJ

No comments:

Post a Comment